“Banyak generasi cerdas kita belum terfasilitasi secara maksimal. Ke depan FIP UMJ harus memfasilitasi mereka,” kata Misriandi, M.Pd., saat memberikan sambutan seminar dengan tema “Pengembangan Potensi Tenaga Pendidik terhadap Anak Berkebutuhan Khusus” di Aula Pascasarjana lantai 3, Selasa (3/4) lalu.
Katanya lagi, para guru harus dapat memetakan anak didiknya berdasarkan potensi dan kemampuannya. Untuk itu,ia berharap agar profesi pendidik perlu dites agar lebih selektif mengingat ia memiliki tugas dalam menyiapkan generasi bangsa.
Dr. Ekodjatmiko Sukarso, sebagai narasumber, mengapresiasi undangan untuk membicarakan persoalan anak berkebutuhan khusus dan sekolah inklusi. “SLB yang ada di kita ini bukti diskriminasi pendidikan. Di Amerika, sejak awal, anak-anak didik ditempatkan berdasarkan minat dan potensinya,” ungkapnya.
Menurut Ekodjatmiko pendidikan inklusi menghendaki sistem pendidikan dan sekolah lebih menjadikan anak sebagai pusat dari pembelajaran, fleksibel dandapat menerima perbedaan karakteristikdan latarbelakang setiap anak untuk hidup bersama. “Hal ini merupakan langkah awal untuk mempromosikan hidup yang lebih toleran, damai dan demokratis,” katanya.
Lebih tegas ia menjelaskan alasan kenapa pendidikan inklusi harus dipromosikan dan diterapkan. Pertama, semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak didiskriminasikan dan memperoleh pendidikan yang bermutu. Kedua, semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya. Ketiga, Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak. Keempat, sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda. (HUMAS)