Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sudah menetapkan, 21 Februari 2022 nanti akan memulai perkuliahan tatap muka. Tujuannya adalah menormalisasi kembali kehidupan yang selama ini terdampak pandemi hampir 2 (dua) tahun (2020-2021).
Saat rapat persiapan perkuliahan tatap muka yang dilakukan secara virtual pada Selasa, (18/01/22) lalu, Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ, Dr. dr. Muhammad Fachri, Sp.P, FAPSR., menjelaskan tentang kondisi Covid-19 saat ini di Indonesia. “Jumlah kasus yang terinfeksi kelihatannya sudah mulai bergerak naik lagi untuk varian Omicron, seperti yang terjadi di Jakarta timur, Jakarta Utara dan beberapa tempat lainnya. Meskipun demikian karakter dari varian Omicron, penularannya memang lumayan tinggi namun tingkat kematian pada infeksi varian ini sangat-sangat rendah. Apalagi dengan vaksinasi minimal 2 (dua) kali akan memberikan daya tahan tubuh yang sangat baik,” jelas Fachri.
Menurut Fachri, untuk perkuliahan tatap muka yang harus dipastikan adalah semuanya sudah divaksinasi minimal 2 (dua) kali, wajib pemakaian masker dan menjaga kebiasaan cuci tangan. “Bahkan saat ini juga ada vaksin booster, akan jauh meningkatkan daya tubuh manusia terhadap infeksi virus Covid-19 Omicron ini. Secara real Covid 19 varian Omicron memiliki gejala yang ringan, seperti lemas, batuk dan pilek namun tidak sampai kepada gelaja yang memburuk”, tambah Fahcri.
Selanjutnya Wakil Rektor I, Dr. Muhammad Hadi, S.KM., M.Kes., saat ditemui di lokasi yang berbeda pada (28/02/22) menjelaskan bahwa, perkuliahan secara luring atau tatap muka ini akan memperhatikan beberapa faktor. “Tentunya memperhatikan kapasitas dari ruangan itu sendiri, dan juga mengurangi kerumunan dengan memberikan kapasitas 50 persen secara totally university, dan secara bergiliran pada 6 (enam) minggu pertama kita beri kesempatan mahasiswa semester 2 dan 8, kemudian 6 minggu berikutnya diperuntukkan bagi mahasiswa semester 4 dan 6″, ungkap Hadi
“Sambil memperhatikan perkembangan kasus Covid-19 hari demi hari, bila terjadi perbaikan kasus maka kita akan menerapkan perkuliahan normal kembali, namun bila dikemudian hari terjadi situasi yang memburuk, maka kegiatan perkuliahan tatap muka bisa kita hentikan sambil menunggu perkembangan,” lanjut Hadi.
Untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, perkuliahan tatap muka nanti akan berjalan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Menerapkan protokol kesehatan yang ketat, diharapkan seluruh civitas akademika sudah divaksin lengkap minimal 2 (dua) kali. Jika ada mahasiswa menolak untuk melakukan vaksin maka konsekuensi ataupun risiko ditanggung sendiri;
- Jika ada orang tua yang tidak mengizinkan anaknya untuk ikut perkuliahan tatap muka, harus memiliki alasan yang jelas;
- Bagi mahasiswa yang memiliki komorbid (penyakit penyerta) seperti sakit jantung, paru-paru, gula, atau yang berisiko lainnya, maka mahasiswa boleh meminta izin untuk tidak mengikuti tatap muka. Namun harus dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter spesialis.
Di akhir penjelasannya Hadi juga mengatakan, untuk mahasiswa yang tidak bisa mengikuti tatap muka dengan indikasi medis atau alasan-alasan yang memang masuk akal, maka kampus akan menyediakan kelas hybrid dengan persyaratan yang ketat.