Muhadjir Effendy: Tiga Variabel Utama Islam Berkemajuan

Oleh :
Kholifatul Husna
Acara Pengkajian Ramadhan 1444 Hijriah hari ke-3, bertempat Gedung Aula FKIP UHAMKA pada Minggu (02/03/2923).

Tiga variabel utama dari islam berkemajuan disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK RI) Prof Dr H Muhadjir Effendy, MAP. di hari ke 3 Pengajian Ramadan 1444 Hijriah bertempat di Aula Ahmad Dahlan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (FKIP UHAMKA), Minggu (02/04/2023).

Islam Berkemajuan menjadi tagline sejak Muktamar Muhammadiyah ke 46 tahun 2010 di Yogyakarta. Maka tidak heran jika pengajian ramadan 1444 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di hari ke-3 mengusung materi Aktualisasi Islam Berkemajuan dalam Kehidupan Berbangsa.

Muhadjir dalam tausiyahnya menyampaikan tiga variabel utama dari islam berkemajuan yakni redefinisi, reorientasi, serta reaktualisasi yang perlu diterapkan dalam memaknai gagasan K.H Ahmad Dahlan.

“Saya kira tiga hal ini menjadi akar dalam mengaktualisasikan Islam berkemajuan di dalam kehidupan berbangsa dan perkembangan zaman,” ujar Muhadjir.

Baca juga :Menko PMK Muhadjir: Muhammadiyah adalah Medan Jihad

Pada kesempatannya, Muhadjir mengupas mengenai Islam berkemajuan dengan mengutip dari Pandangan AR Fachrudin sebagai mana juga dikutip oleh Prof. Abdul Malik Fadjar, yang mengatakan bahwa lslam berkemajuan itu ialah islam yang gagah, nyah-nyoh (suka memberi), dan tidak ndermis (tidak suka meminta).

Lebih lanjut, Muhadjir menambahkan Islam berkemajuan memiliki gagasan transformasi Qur’an Surat Al Maun bahwa lslam yang bercorak maju dan mencerahkan merupakan wujud dari keagamaan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunah dengan mengembangkan ijtihad ditengah kehidupan modern abad 21 yang kompleks untuk menghadirkan dakwah dan tajdid dalam perjuangan hidup umat, kebangsaan, dan kemanusiaan.

Tak lupa, Muhadjir pun memberikan beberapa pendekatan Islam berkemajuan meliputi pikiran, sikap, dan tindakan. dengan menggunakan metode Triple-X yakni merangkaikan pengalaman (experience) dimasa lalu sebagai dasar melakukan berbagai uji coba (experiment) di masa kini untuk meraih harapan (expectation) di masa depan.

“Sebagaimana kita ketahui, saat ini dunia sedang menghadapi kondisi yang tidak mudah. Maka dari itu, cara berdakwah seorang aktivis Muhammadiyah tentunya memerlukan pendekatan dengan beberapa metode dan strategi salah satunya menggunakan metode Triple-X,” sambung Muhadjir.

Tidak hanya Muhadjir yang menyampaikan terkait gagasan Islam berkemajuan, Bendahara Umum PP Muhammadiyah sekaligus Direktur Jendral Haji dan Umroh Prof. H. Hilman Latief, M.A., Ph.D. mengatakan terdapat tiga isu penting dalam memahami Islam berkemajuan yakni kontribusi, narasi, dan partisipasi.

“Dalam memahami Islam berkemajuan tentunya kita perlu mengetahui tiga isu penting dimana kontribusi pemikiran dan gagasan yang kemudian dinarasikan, sehingga dalam bentuk partisipasi seperti apa yang akan dilakukan,” ujar Hilman.

Selain itu, Hilman menegaskan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi sipil bukan organisasi politik di mana Muhammadiyah tidak pernah kehilangan alat vitalnya dalam memberikan kritik saran dan masukkan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang masuk ke dalam bagian negara.

“Kita menerima dukungan negara atas kerja sama tetapi kita masih bisa memberikan kritikan dan masukkan, tentunya Muhammadiyah memiliki dalam segala aspek keterlibatan dan kesadaran Muhammadiyah sesuai dengan konteks organisasi dan kebangsaan,” tegas Hilman.

Di akhir sesi rangkaian materi di hari ke terakhir pengajian Ramadan Bendahara Umum PP Aisyiyah Rita Pranawati, M.A. menyampaikan risalah perempuan tentang bagaimana peran Aisyiyah dalam mewujudkan kemajuan atau kesetaraan gender dalam berbangsa dan bernegara.

“Tentu kita semua mengingat Kyai Dahlan menjunjung tinggi kesetaraan gender maka Ahmad Dahlan memberikan wadah pendidikan untuk perempuan untuk mempermudah perempuan dalam berkiprah di ruang publik, Sejatinya laki-laki dan perempuan itu sama-sama beriman bukan karena jenis kelamin tapi lebih mengarah pada ketakwaan.” jelas Rita.

Rangkaian acara pengkajian ramadan 1444 H resmi di tutup oleh sekretaris umum PP Muhammadiyah Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. ia berharap pengajian ramadan tahun berikutnya lebih masif baik di daerah, wilayah, cabang, dan sebagainya sehingga dakwah Muhammadiyah lebih hidup dan berkemajuan.

“Muhammadiyah kita harus terus melakukan pengajian di setiap level masing-masing, karena itu menjadi ciri khas Muhammadiyah. Mari kita terapkan dan aktulisasikan risalah islam berkemajuan sebagai ciri khas dakwah Muhammadiyah, gerakan Islam harus maju dan terus memberikan manfaat,” tutup Agung. (KH/KSU)

https://simlppm.untan.ac.id/vendor/terbaik-2024/https://lentera.uin-alauddin.ac.id/question/gratis-terlengkap/https://old-elearning.uad.ac.id/gampang-menang/https://fk.ilearn.unand.ac.id/demo/http://ti.lab.gunadarma.ac.id/jobe/system/https://elearning.uika-bogor.ac.id/tanpa-potongan/https://mti.unpam.ac.id/assets/images//https://besadu.belitung.go.id/css/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/img/product/https://jdih-dprd.sumedangkab.go.id/system/https://siswa.dpuair.jatimprov.go.id/tests/demo/https://simmas.jombangkab.go.id/vendor/https://siapmang.kotabogor.go.id/storage/https://e-learning.iainponorogo.ac.id/thai/https://alumni.fhukum.unpatti.ac.id/app/