Akankah Indonesia Selamat dari Resesi Ekonomi?

Akankah Indonesia Selamat dari Resesi Ekonomi?

Mengawali tahun 2023, kita perlu mempersiapkan banyak hal untuk menghadapi segala kemungkinan perubahan zaman yang sangat cepat, termasuk juga ancaman resesi ekonomi yang isunya telah berhembus sejak beberapa tahun belakang.

International Monetary Fund (IMF) telah memberikan peringatan akan terjadi resesi ekonomi di banyak negara pada tahun 2023 ini. Resesi dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketika perekonomian suatu negara memburuk, ditandai dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, dan selama dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif. Dalam laporannya IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 dari 3,8% pada bulan Januari menjadi 2,7%.

Indonesia termasuk negara yang juga diramalkan akan mengalami resesi ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tahun 2023 akan jatuh pada jurang resesi. Sementara itu Presiden Joko Widodo  juga mengatakan bahwa situasi ekonomi dunia tahun 2023 akan gelap. Pernyataan dari Gubernur Bank Indonesia turut menguatkan dua pernyataan sebelumnya, bahwa aktivitas perekonomian global melambat.

Tentunya ancaman resesi ekonomi ini cukup membuat warga Indonesia resah. Akankah Indonesia selamat dari resesi ekonomi atau malah masuk jurang? Pakar ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Luqman Hakim, M.Si., Ak., membagikan hasil analisisnya. Dosen yang juga merupakan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMJ ini juga memberikan beberapa tips bagi mahasiswa maupun alumni (fresh graduate) dalam menghadapi situasi resesi ekonomi.

 

Ramalan Resesi Ekonomi 2023

Kepala ekonom IMF, Pierre Gourinchas, pernah mengatakan guncangan ekonomi tahun ini akan membuka luka yang baru saja sembuh pasca pandemi Covid-19. Sementara itu Luqman berpandangan bahwa pada tahun 2023 perlambatan ekonomi akan meluas. Negara-negara penyumbang sepertiga ekonomi global akan mengalami kontraksi pada tahun ini atau tahun berikutnya. Sedangkan tiga  kekuatan ekonomi terbesar; Amerika Serikat, China dan Zona Euro, akan terhenti.

Dalam World Economic Outlook 2022, IMF menyatakan secara teknikal akan ada 31 dari 72 negara yang diproyeksikan mengalami resesi. Luqman mengungkap bahwa hal ini terjadi akibat adanya kontraksi pada PDB riil yang berlangsung selama minimal 2 kuartal berturut-turut. Beberapa ekonom menyebut kondisi tersebut sebagai resesi teknis, sebab faktanya 31 negara tersebut merupakan negara dengan penyumbang 1/3 dari PDB dunia.

 

Bagaimana dengan Indonesia?

Luqman menyebut bahwa Indonesia akan selamat dari jurang resesi jika berkaca pada hasil IMF yang mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2022 sebesar 5,3% namun pada tahun 2023 akan turun menjadi 5%, artinya tidak terlalu berdampak signifikan karena angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju.

Lebih lanjut, Luqman menegaskan bahwa hasil analisisnya dibenarkan oleh Cheng Hoon Lim yang merupakan Indonesia Mission Chief, Asia and Pacific Department IMF. Menurutnya memang benar Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan negara lain karena melihat di waktu yang sama ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi dan investasi, kondisi ini dapat dicapai berkat kebijakan ekonomi pemerintah yang hati-hati dan berkelanjutan.

Ekonom Muhammad Chatib Basri juga berpendapat sama dan  memastikan bahwa Indonesia tidak masuk dalam jurang resesi tahun 2023. Akan tetapi Chatib mengingatkan bahwa Indonesia akan tetap terkena dampaknya, pertumbuhan ekonomi nasional akan melambat. Pada acara Daily Summit 2022 Chatib mengatakan jika ditanya terkait Indonesia akan resesi atau tidak, jawabannya tidak. Sebab menurutnya dampak negatif dari pelemahan ekonomi global hanya akan dirasakan oleh negara-negara dengan kontribusi ekspor terhadap PDB negara lebih dari 200%, sehingga ekonomi global melemah perekonomian negara seperti Singapura akan terpengaruhi. Menteri Keuangan Sri Mulyani pun pengubah pesannya menjadi “Indonesia aman tetapi tetap waspada”.

 

Faktor terjadinya resesi Global

Salah satu faktor penyebab terjadinya resesi ekonomi adalah adanya guncangan perekonomian yang terjadi seketika atau mendadak. Seperti sebelumnya, saat dunia dilanda pandemi covid-19. Hal tersebut ditandai dengan lemahnya daya beli masyarakat yang diakibatkan oleh kesulitan finansial. Luqman mengungkapkan beberapa faktor lainnya.

Pertama, kenaikan laju inflasi dunia (seperti negara maju yakni Inggris, Amerika Serikat dan Negara Eropa lainnya. Harga komoditas yang mengalami kenaikan (Januari – Mei 2022), yaitu gas Alam (125,8%), batu bara (166,1%), minyak brent (45,7%), minyak sawit mentah (20,9%), gandum/beras (55,6%), jagung (31,5%), kedelai (28,1%), biji-bijian (15,5). Kenaikan harga komoditas tersebut sangat mendorong inflasi

Kedua, karena adanya inflasi Bank Sentral menaikkan suku bunga. Bank sentral mencoba menekan melalui kebijakan menaikan suku bunga bank, tentu dengan adanya kenaikan suku bunga ini akan menyebabkan efek domino seperti perusahaan akan menahan untuk pinjaman modal kerja pada perbankan guna menekan biaya hutang dan menyebabkan kegiatan ekonomi melambat. Misalnya suku bunga di negara maju seperti Amerika Serikat sudah naik 300 basis poin, maka suku bunga negara-negara eropa naik 125 basis poin dan Inggris sudah naik 150 basis poin.

Ketiga, perang Ukraina-Rusia disinyalir menjadi penyebab utama dari resesi ekonomi global, sebab Rusia dan Ukraina merupakan negara produsen utama komiditas dan energi dunia. Perang kedua negara tersebut mengakibatkan harga komoditas dan energi melonjak naik, sehingga harga bahan baku industri mengalami kenaikan. Ketika bahan harga bahan baku semakin tinggi tentu harga jual kepada konsumen akan semakin mahal.

Selain faktor-faktor penyebab resesi global yang telah disebutkan, perlu diperhatikan juga proyeksi pertumbuhan ekonomi skenario resesi global. Ekonomi global pada tahun 2022 diproyeksikan tumbuh sebesar 2,8%, pada tahun 2024 diproyeksikan tumbuh sebesar 2%. Sementara itu, ekonomi negara maju pada tahun 2022 diproyeksikan tumbuh sebesar 2,3%, pada tahun 2023 diproyeksikan tumbuh sebesar -0,6% dan pada tahun 2024 diproyeksikan tumbuh sebesar 1%. Sedangkan ekonomi negara berkembang pada tahun 2022 diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5%, pada tahun 2023 tumbuh sebesar 1,8% dan pada tahun 2024 diproyeksikan tumbuh sebesar 3,4%.

“Artinya dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi cukup aman dari resesi global, akan tetapi bukan berarti Indonesia tidak memiliki risiko dan risiko kedepan mengenai resesi global tentu tetap ada faktor-faktor penyebab risiko,” ungkap Luqman, Kamis (12/01).

 

Penyebab Risiko Resesi Global

Indonesia kemungkinan akan mengalami pelemahan ekspor. Hal tersebut karena pasar ekspor Indonesia yang didominasi oleh negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Eropa dan lainnya, saat ini mengalami tekanan resesi global. Dengan demikian permintaan produk ke Indonesia menurun karena daya beli negara-negara tersebut melemah. Oleh karenanya masyarakat Indonesia diperingatkan bahwa perekonomian global dapat mengancam daya beli masyarakat.

Penyebab resiko lainnya yaitu adanya eksprosur pengetatan likuiditas, kenaikan Dollar AS, tekanan inflasi yang disebabkan adanya kenaikan harga komoditas dan juga akibat pelemahan nilai rupiah yang memicu kenaikan harga.

Selain itu, sektor investasi di Indonesia juga akan mengalami tekanan. Terlebih lagi kenaikan suku bunga acuan juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Yang menjadi masalah adalah kebijakan pengetatan moneter akan membuat bunga kredit menjadi semakin mahal. Jika sudah demikian, umumnya perusahaan akan mengurangi pengajuan kredit modal kerja ke perbankan dengan tujuan mengurangi biaya hutang. Dengan kata lain banyak perusahaan berpotensi menunda rencana ekspansinya, akibatnya industri dalam negeri akan berjalan lambat.

Mengetahui dampak dan risiko yang akan terjadi akibat resesi ekonomi, tentu kita perlu sedia payung sebelum hujan. Luqman menerangkan bahwa langkah-langkah pemerintah untuk mencegah atau mengurangi dampak resesi sudah cukup tepat, namun perlu ditingkatkan lagi respon cepatnya.

Menurutnya, pemerintah perlu mengambil langkah untuk segera menghadirkan solusi bagi industri yang bergantung pada ekspor ke negara maju, jika pasarnya diluar negeri terkendala maka harus dibuat pasar dalam negeri dengan menggiatkan cinta produk dalam negeri. Selanjutnya, membuat kebijakan fiskal yang terukur dan diawasi secara berkelanjutan, menjaga pemulihan ekonomi tetap tumbuh, menjaga daya beli masyarakat, dan menjaga APBN agar tetap sehat dan berkesinambungan.

 

Tips Hadapi Ancaman Resesi Ekonomi

Sebagai warga negara yang terkena dampak langsung dari resesi ekonomi, anak muda terutama mahasiswa, fresh graduate, dan pencari kerja juga harus mempersiapkan segala kemungkinan. Berikut tips yang dibagikan Luqman tuntuk mahasiswa maupun fresh graduate dalam menghadapi resesi ekonomi.

  1. Kembangkan potensi

Belajar hal-hal baru untuk menambah skill dan kompetensi. Menurutnya, apapun kondisi perekonomian yang terjadi, tentu tidak hanya ada ancaman risiko yang menghantui tapi tetap ada peluang yang dapat ditangkap dan dimaksimalkan. Misalnya saja saat pandemi Covid-19 tahun lalu, ada perusahaan yang tumbang tapi ada pula yang mendapatkan omset besar-besaran oleh karena adanya market baru yang bisa dikembangkan seperti layanan digital, makanan dapat diantar dan lain sebagainya.

  1. Kuasai sektor informasi dan komunikasi

Data Center, Artificial Intelligence dan Cloud Computing akan menjadi sektor yang tetap bertahan meskipun tengah terjadi masa sulit pada perusahaan rintisan seperti start-up, dikarenakan arah digitalisasi kedepan adalah mempercepat adaptasi perusahaan tradisional dengan dukungan sistem digital.
“Mahasiswa dan alumni (fresh graduation) harus kreatif, jangan berpaku menunggu pekerjaan tapi cobalah ilmu baru. Coba tangkap peluang dengan membuka suatu usaha yang mungkin justru dapat membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Jadilah orang yang bermanfaat karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain,” ujar Luqman. (MN/KSU)

Kata Pakar Lainnya

dr. Ihsanil Husna, Sp.PD. FKK UMJ

Pengidap AIDS Dapat Hidup Normal

8,963   Let Communities Lead menjadi tema Hari AIDS Sedunia 2023 yang diperingati setiap tanggal 1 Desember. Penyakit yang berisiko tinggi yang disebabkan oleh virus

Read More »
https://simlppm.untan.ac.id/vendor/terbaik-2024/https://lentera.uin-alauddin.ac.id/question/gratis-terlengkap/https://old-elearning.uad.ac.id/gampang-menang/https://fk.ilearn.unand.ac.id/demo/http://ti.lab.gunadarma.ac.id/jobe/system/https://elearning.uika-bogor.ac.id/tanpa-potongan/https://mti.unpam.ac.id/assets/images//https://besadu.belitung.go.id/css/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/img/product/https://jdih-dprd.sumedangkab.go.id/system/https://siswa.dpuair.jatimprov.go.id/tests/demo/https://simmas.jombangkab.go.id/vendor/https://siapmang.kotabogor.go.id/storage/https://e-learning.iainponorogo.ac.id/thai/https://alumni.fhukum.unpatti.ac.id/app/