Indonesia yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur, Sebuah Impian?

Salah satu kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an adalah kisah kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu. Kerajaan ini berada di negeri yang bernama Saba’, sebuah negeri yang berada di Syam. Hingga nama Negeri Saba’ terabadikan secara khusus menjadi nama satu surat dalam Al-Qur’an.  Di dalam surat tersebut dijelaskan bahwa Saba’ mendapat sebutan khusus dari Allah, yaitu baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur (QS: Saba’:15).  Dari beberapa pendapat ahli tafsir, dapat diartikan bahwa baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur adalah sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Hal ini menjadi pelajaran terpenting bagi masyarakat sebuah negara yang ingin memiliki negara yang termasuk baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur, sebuah negara impian.

Bagaimana cara mewujudkan negeri yang baldatun thoyyibatun warabbun ghofur? Untuk mewujudkan negeri yang baik yang penuh dengan ampunan Allah adalah dengan mewujudkan beberapa hal berikut:

Pertama, ikhlas beribadah kepada Allah (Ihlashul Ubudiyyah Lillah).  Kedua, akhlak penduduknya yang mulia, ahlak yang mulia merupakan pilar terwujudnya masyarakat dan bangsa yang baik. Ketiga, sifat amanah yang menyebar dan membumi. setiap penduduk menjalankan kewajiban dan amanah yang dipercayakan kepadanya dengan baik, tidak ada korupsi, suap-menyuap dan pengkhianatan lainnya. Keempat, adanya keseimbangan yang indah antara urusan dunia dan akhirat. Kelima, bertaubat meraih ampunan Allah. Itulah di antara pilar terwujudnya negeri yang baik dengan Rabb yang Maha pengampun, mudah-mudahan Indonesia menjadi negeri yang diberkahi Allah dan menjadi Negeri “baldatun thoyyibatun warabbun ghofur”. (Muhammad Muslih, 2020, Suara Muhammadiyah) .

Fakta dan realita

(Ilustrasi) | Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya

Kemiskinan merupakan masalah yang dialami oleh negara maju maupun negara berkembang. Hanya saja tingkat kemiskinan penduduk di negara berkembang lebih tinggi ketimbang di negara maju. Munculnya berbagai macam masalah di belahan dunia, baik Barat maupun Timur lebih banyak disebabkan oleh problem ekonomi atau kemiskinan. 

Bagaimana dengan Indonesia? Menurut catatan Badan Pusat Statistik 2021, untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini mengacu pada Handbook on Poverty and Inequality yang diterbitkan oleh Worldbank. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk dikategorikan sebagai penduduk miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, pada semester 1 (Maret 2021) adalah sebagai berikut: Menurut kelompok umur kurang dari 18 tahun sebanyak 12,64%, sedangkan untuk umur lebih dari/sama dengan 18 tahun sebanyak 9,09%. (Badan Pusat Statistik). Angka-angka di atas bukanlah angka yang sedikit, kemiskinan dan kelaparan yang diderita oleh jutaan orang di Indonesia, bahkan miliaran orang di dunia menuntut disegerakannya solusi dari masalah tersebut. Kerena itu sudah semestinya penanggulangan kemiskinan menjadi kata kunci bagi semua pihak, bukan hanya di tingkat nasional tapi di tingkat internasional. (Hakim dan Syaputra, 2020).

Lalu bagaimana respon Islam terhadap masalah kemiskinan ini?

Rasulullah SAW suri tauladan

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang hampir selalu ada di setiap era. Tak terkecuali saat zaman Rasulullah SAW. Di zaman tersebut, ada sahabat serta orang-orang yang juga mengalami permasalahan kemiskinan. Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya suri tauladan. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21. “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (ACTNews/Rizki Febianto)

Dalam menyelesaikan masalah kemiskinan, Rasulullah SAW sangatlah andal dan patut ditiru. Terkait upaya mengatasi kemiskinan, saat Rasulullah menjadi Kepala Negara, beliau  membuat baitul maal di Masjid Nabawi. Selanjutnya baitul maal digunakan sebagai tempat mengumpulkan harta muslim, baik yang bersumber dari harta rampasan perang, infaq, sedekah, atau zakat.

Secercah Harapan

Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Data Kementerian Agama Tahun 2019 menunjukkan penduduk muslim di Indonesia sebanyak 229.711.974 jiwa. Dengan jumlah muslim yang begitu banyak Indonesia memiliki potensi ekonomi islam sangat besar. Berdasarkan laporan terbaru State Of The Global Islamic Economy 2018/2019 menunjukkan bahwa potensi ekonomi Islam pada tahun 2023 diperkirakan mencapai US$ 3.809 Billion atau bila dikonversi ke rupiah sekitar Rp 500 Triliun. Potensi zakat di Indonesia sangatlah besar. Hal ini tecermin dari Indikator Pemetaan Potensi Zakat (IPPZ) dan Outlook Zakat Indonesia 2019 yang dikeluarkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Perhitungan komponen IPPZ, potensi zakat Rp 233,8 triliun (setara 1,72 persen dari PDB tahun 2017). Berdasarkan statistik penghimpunan zakat tercatat total penghimpunan nasional pada 2017 sebesar Rp 6,2 triliun. Pada 2019 Baznas menargetkan pengumpulan zakat di seluruh Indonesia sebesar Rp 9 triliun.  Saat ini diketahui telah ada sebanyak 549 Badan Amil Zakat Nasional dan 587 Lembaga Zakat. Kehadiran badan amil zakat diharapkan bisa lebih mudah mengajak masyarakat dalam menunaikan zakat sebagai kewajiban. (http://www.kemenkopmk.go.id., 2020). Dengan keberadaan Baznas dan Laznas yang dikelola dengan transparan dan akuntabel, dan kesadaran masyarakat muslim untuk menyalurkan zakat maka diharapkan potensi zakat akan terealisir. Pada akhirnya, hal ini akan dapat mengatasi masalah kemiskinan di negeri kita tercinta ini. Wallahu a’lam bissowaab.

Peran UMKM dalam mengatasi kemiskinan

Terdapat beberapa cara untuk menekan angka kemiskinan yaitu dengan peningkatan kualitas SDM berupa sekolah gratis atau pemberian skill yang mampu diterapkan guna menunjang kehidupannya. Selain itu kemiskinan juga dapat ditekan dengan perluasan lapangan pekerjaan. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) salah satunya yang mampu menyerap lapangan kerja yang cukup besar. Dalam perekonomian Indonesia, UMKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang keberadaannya mendominasi lebih dari 99% dalam perekonomian nasional. Usaha ini menjadi pilihan banyak masyakat karena pengelolaan usahanya yang sederhana, memerlukan modal yang relatif kecil, serta fleksibilitas dalam aktiviasnya. Peran keberadaan UMKM yang paling terlihat adalah kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja dengan kata lain mengurangi pengangguran. Selain itu peran UMKM mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat memperbaiki taraf hidup artinya mengurangi kemiskinan. UMKM menjadi tumpuan harapan masyarakat karena lebih mampu bertahan di masa kritis oleh sebab itu UMKM dikatakan sebagai motor penggerak perekonomian daerah maupun nasional. (Anugerah dan Nuraini, 2021).

Harapannya, melalui UMKM akan tercipta peningkatan taraf hidup masyarakat yang pada gilirannya akan menurunkan angka kemiskinan secara signifikan di Indonesia. Insyaa Allah.

 

https://simlppm.untan.ac.id/vendor/terbaik-2024/https://lentera.uin-alauddin.ac.id/question/gratis-terlengkap/https://old-elearning.uad.ac.id/gampang-menang/https://fk.ilearn.unand.ac.id/demo/http://ti.lab.gunadarma.ac.id/jobe/system/https://elearning.uika-bogor.ac.id/tanpa-potongan/https://mti.unpam.ac.id/assets/images//https://besadu.belitung.go.id/css/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/img/product/https://jdih-dprd.sumedangkab.go.id/system/https://siswa.dpuair.jatimprov.go.id/tests/demo/https://simmas.jombangkab.go.id/vendor/https://siapmang.kotabogor.go.id/storage/https://e-learning.iainponorogo.ac.id/thai/https://alumni.fhukum.unpatti.ac.id/app/