Perawat itu Profesi yang Keren

Dr. Muhammad Hadi, M.Kep., saat diwawancara mengenai Hari Keperawatan Internasional di Ruang Warek I Gedung Muhammadiyah Civilization Center, Jumat (05/05/02023).

Sejak tahun 1945 para perawat di seluruh dunia merayakan Hari Perawat Internasional yang jatuh pada tanggal 12 Mei. Tentu saja mahasiswa maupun perawat lulusan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta ikut merayakannya sebagai dorongan bagi para perawat maupun instansi pendidikannya terus mengembangkan ilmu keperawatan.

Pendidikan perawat sendiri mengalami perkembangan yang sangat baik di Indonesia. Sejak tahun 1983 pendidikan keperawatan di Indonesia sudah berupa profesi, bukan lagi vokasional. Awalnya pendidikan perawat didirikan di Universitas Indonesia disusul beberapa perguruan tinggi negeri lainnya. Sedangkan Universitas Muhammadiyah Jakarta menjadi perguruan tinggi swasta pertama yang mengadakan Program Studi Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan pada 2001, sebagaimana yang dijelaskan oleh Wakil Rektor I UMJ Dr. Muhammad Hadi, M.Kep.

“UMJ adalah perguruan tinggi swasta pertama yang memiliki pendidikan keperawatan. Dalam perkembangannya perawat mulai menguatkan jati diri dengan pendidikan yang lebih tinggi, yaitu S1, profesi ners, S2, hingga doktor. Profesi perawat juga sudah diatur secara regulasi, yaitu lewat UU No.38 tahun 2014. Inilah yang membuktikan profesi perawat di Indonesia sudah mengikuti perkembangan, walaupun belum sepenuhnya,” papar Muhammad Hadi.

Hari Perawat Internasional ditetapkan secara resmi oleh International Council Nurses (ICN), terinspirasi dari sosok perawat asal Inggris yang berjasa terhadap perkembangan ilmu keperawatan modern. Perawat itu adalah Florence Nightingale, seorang anak perempuan dari keluarga bangsawan yang mengabdikan diri untuk bertugas di medan perang.

Kisah terkenal yang melekat pada Florence adalah saat ia mengabdikan diri untuk merawat korban Perang Krimea. Ia dijuluki the lady with the lamp karena setiap saat bahkan pada malam hari, Florence selalu mengontrol kondisi pasien dengan membawa lampu untuk pencahayaan. Ia mendengarkan keluhan dan menyiapkan segala kebutuhan yang menunjang kesembuhan pasien.

Dari julukan itu, terdapat fakta menarik soal lampu. Dilansir dari kanal youtube History Hit dalam tayangan The Real History Of Florence Nightingale: The Lady With The Lamp, yang mengambil lokasi di Museum Florence Nightingale, London, Inggris, diketahui bahwa lampu yang digunakan Florence adalah lampu khas Turki. Lampu berbentuk tabung berwarna putih dengan pegangan di bagian atas itulah yang ada di wilayah sekitar perang pada waktu itu (Semenanjung Krimea, Turki, dan Laut Baltik) dan digunakan oleh Florence untuk berkeliling mengecek kondisi pasien pada malam hari. Sementara penulis-penulis sejarah menginterpretasikan lampu tersebut dengan lampu mirip di film animasi Aladin yang saat ini populer digunakan sebagai salah satu simbol perawat.

Lampu Florence Nightingale (Wawancara Warek I UMJ Hari Perawat Internasional)
Sumber: The Real History Of Florence Nightingale | The Lady With The Lamp tayang di kanal Youtube History Hit tanggal 6 September 2022

Dari pengalaman mengabdi di medan perang itulah, Florence dapat mengembangkan ilmu keperawatan modern. Ia kemudian menulis buku Notes on Nursing yang menjadi rujukan perkembangan ilmu keperawatan di seluruh dunia. Kontribusinya bagi perkembangan ilmu keperawatan menjadikannya sosok yang sangat berjasa hingga hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Perawat Internasional oleh perawat seluruh dunia.

Melanjutkan perbincangan tentang perkembangan ilmu keperawatan, Wakil Rektor I yang juga aktif sebagai anggota Dewan Pengawas Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi Nakes (LPUK Nakes) ini menjelaskan bahwa sebetulnya ilmu keperawatan sudah ada sejak zaman Rasul, khususnya di medan perang. Dunia Islam mengenal Rufaida Al-Aslamiya atau Rufaydah binti Sa`ad yang turut berjasa dalam penyembuhan dan pemulihan prajurit perang, hanya saja kisah Rufaidah ini tidak sefenomenal kisah Florence.

“Florence memandang kesehatan itu harus dijaga sisi lingkungannya. Ketika melayani pasien perawat harus membersihkan pakaiannya, mengecek makanannya, hingga memperhatikan sisi psikologisnya. Hal itulah yang kemudian dijadikan sebagai landasan ilmu keperawatan,” jelas Warek yang juga menjabat sebagai Dewan Pengarah Pengurus Pusat Asosiasi Pendidikan Ners Muhammadiyah-Aisiyah seluruh Indonesia ini.

Muhammad Hadi juga menyebut perawat itu sebagai profesi yang keren. Ia mengatakan bahwa perawat memiliki filosofi yang berbeda dengan tenaga kesehatan lainnya. Perawat memiliki landasan yang memberikan pelayanan terhadap bio, psiko, sosio, spiritual, dan budaya secara komprehensif.

Dalam hal ini, setiap sisi saling berkaitan dan mempengaruhi. Masalah bio yang dialami pasien secara fisik akan mempengaruhi psikologis, maka dari itulah biopsiko penting. Ditambah lagi ada tugas untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan memberikan obat. Namun tidak selesai sampai di situ, perawat memberikan perawatan 24 jam pada pasien yang kondisinya memiliki ketidakstabilan mental.

“Perawat itu menstabilkan dua hal, fisik dan mental. Jika hanya fisik yang sembuh tapi mental tidak, percuma kan? Dua hal itu akan mempercepat kesembuhan. Tugas perawat di situ. Belum lagi kebutuhan nutrisi. Jadi tidak hanya memberikan obat lalu selesai, itu hanya sebagian kecil. Kalau orang sakit butuh obat, maka perawatan itu dibutuhkan. Disinilah profesi perawat itu kuat. Perawat adalah garda terdepan di rumah sakit,” papar Hadi lebih lanjut.

Karena pelayanan yang diberikan perawat didasari jiwa peduli yang melekat pada seorang ibu, maka profesi perawat didominasi oleh perempuan. Hal itu tak membuat pria meolak profesi perawat. Termasuk Warek Hadi yang dahulu pernah menekuni profesi perawat. Pria kelahiran Lamongan, 1 Mei 1971, ini mengaku tertarik untuk menjadi seorang perawat karena dorongan dari dalam diri untuk membantu sesama.

“Dulu saya tidak memikirkan pendapatan besar atau kecil, melainkan nilai-nilai yang dapat menolong masyarakat supaya bisa bermanfaat. Nah salah satu yang dibutuhkan di masyarakat itu perawat,” akunya.

Kondisi masyarakat desa yang kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan yang masih minim, menambah tekadnya untuk belajar menjadi perawat di Akademi Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta pada 1994.

“Zaman dulu perawat itu sedikit, masyarakat kalau mau berobat harus ke kota, apalagi yang di daerah. Maka perawat sangat dibutuhkan, jadi saya tidak berpikir lain-lain. Bagi saya perawat itu profesi kesehatan yang keren, bukan sekadar gaji, bukan sekadar disegani. Berbeda dengan generasi sekarang sudah memikirkan kerjanya dan bayarannya. Nah dulu kita tidak memikirkan itu, semangat membela. Entah jadi apa kita, itu urusan belakangan,” kenangnya.

Sebagai lulusan terbaik, pria yang saat inipun masih menjadi dosen ini kemudian diarahkan menjadi pengajar di AKPER RSIJ. Menurut penuturannya, pada waktu itu untuk menjadi pengajar belum ada syarat harus lulusan S2.

“Pokoknya lulusan terbaik boleh mengajar. Saya juga praktek di rumah sakit, mulai dari ikut pelayanan darurat, pelayanan bedah, macam-macam. Saya ikuti sampai hampir satu setengah tahun. Kemudian kembali lanjutkan sekolah S2. Kemudian jadi ketua Program Studi tahun 2008, dan lanjut S3. Jadi dari awal sudah diarahkan untuk jadi akademisi,” ungkapnya lagi.

Peran perawat begitu penting dalam proses pemulihan pasien, sejarah mencatat bahwa prajurit perang yang mendapat perawatan dapat lebih cepat pulih dan jumlah korban tewas berkurang. Seiring berkembangnya zaman dan profesi keperawatan, Hadi menegaskan bahwa peran perawat bukan untuk membantu profesi lainnya, melainkan bekerja sama dalam menjalankan tugas. Oleh karenanya perspektif itu perlu diubah.

Perawat saat ini mendeklarasikan bahwa tidak ada istilah “Perawat adalah pembantu profesi lain”. Itu adalah perspektif yang salah, karena pendekatan keilmuannya berbeda. Memang area yang dipelajari sama. Belajar anatomi, ilmu kesehatan yang lain, tapi kewenangan yang diberikan pemerintah itu berbeda.

Lebih jelas lagi, Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) periode 2013-2017 ini menuturkan bahwa perbedaan antara tenaga kesehatan berada pada kewenangannya. Dokter memiliki kewenangan di bidang keputusan medis. Sedangkan perawat diberi kewenangan di bidang keperawatan. Ahli gizi yang berada pada lingkup kebutuhan gizi pasien. Kemudian farmasi, bertugas menyiapkan obat. Seluruh elemen dalam barisan tenaga kesehatan menjalankan kolaborasi yang tidak bisa terpisahkan.

Perawat disimbolkan dengan malaikat putih karena seragamnya yang berwarna putih, mulai dari topi (cap) hingga kaus kaki. Ia bertutur bahwa itu bukanlah sekadar warna tapi memiliki makna filosofis.

Baju putih, rok dan celana putih, sampai sepatu dan kaus kaki putih. Nah itu bukan sekadar warna melainkan sebuah filosofi bahwa perawat melakukan pengabdian dengan tulus seperti jiwa malaikat yang melakukan sesuatu tanpa pamrih.

Warek I yang juga sebagai Exexutive Board Asia Pacific Alliance of Nursing Education (APANE) sejak 2019 ini menilai saat ini perawat sudah lebih kuat, walaupun masih ada pandangan yang menyebut perawat sebagai asisten dokter. Menurutnya itu adalah perspektif yang terbawa sejak zaman pemerintah Belanda.

Menghadapi perkembangan zaman dan teknologi, para perawat dan ahli keperawatan terus melakukan pengembangan keilmuan serta menghasilkan inovasi. Terlebih terkait dengan kecerdasan buatan atau dikenal dengan artificial intelligence (AI). Hadi mengatakan bahwa perawat-perawat sudah mengarah untuk mendalami perkembangan teknologi khususnya AI.

“Ilmu-ilmu keperawatan sudah berkembang sehingga sekarang sudah banyak melakukan riset-riset yang sangat kuat. Nah itu yang nanti akan digabungkan dengan teknologi AI. Tentu kita di UMJ mau tidak mau harus mengarah ke sana. Apalagi pendidikan perawat di UMJ sudah unggul, kita juga memiliki pendidikan spesialis yang jarang dimiliki perguruan tinggi lain,” tutur dosen yang aktif berorganisasi sejak mahasiswa ini.

Sivitas Akademika Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ
Sivitas Akademika Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ

Hadi lantas membocorkan sedikit rencana UMJ tentang pengembangan spesialisasi yang dalam waktu dekat akan direalisasikan, yaitu spesialisasi perawatan anak-anak. Gagasan tersebut dicetuskan melihat kondisi kesehatan yang banyak dialami anak-anak seperti autisme dan perihal kecerdasan mental.

Agar selalu dapat mengikuti perkembangan zaman, Ketua Bidang Diklat Kep. Pimpinan Pusat MUKISI ini menuturkan bahwa Fakultas Ilmu Keperawatan UMJ selain mengacu pada ketentuan nasional, kurikulum yang digunakan juga melihat perkembangan dan menonjolkan ciri atau keunikan tersendiri.

Namun untuk keseluruhan, kurikulum UMJ sudah sama. Penyusun kurikulum nasional keperawatan punya peran yang sangat signifikan. UMJ dalam pendidikan keperawatan Indonesia sudah memiliki jejak yang baik. Baik dalam pengambilan keputusan maupun lainnya. Jadi ada suatu keniscayaan, kurikulum itu harus memperhatikan banyak hal. Tentu yang utama regulasinya, kemudian harapan masyarakat sebagai stakeholder yang perlu didengar.

Tak lupa, sebagai ahli bidang ilmu keperawatan yang juga pernah mengabdi di RSIJ, RS Pondok Kopi, RSJ Klender, dan beberapa klinik, Muhammad Hadi memberikan ucapan pada seluruh perawat.

“Selamat merayakan Hari Perawat Sedunia. Hal yang paling penting adalah perawat harus mengembangkan ilmu, meningkatkan profesionalisme, dan tetap kembali kepada nilai-nilai profesi, nilai-nilai kepedulian, nilai-nilai carring, itu menjadi nilai-nilai utama yang tidak bisa tergantikan dalam perkembangan keperawatan kapanpun juga,” pungkasnya menutup perbincangan.

(DN/KSU).

https://simlppm.untan.ac.id/vendor/terbaik-2024/https://lentera.uin-alauddin.ac.id/question/gratis-terlengkap/https://old-elearning.uad.ac.id/gampang-menang/https://fk.ilearn.unand.ac.id/demo/http://ti.lab.gunadarma.ac.id/jobe/system/https://elearning.uika-bogor.ac.id/tanpa-potongan/https://mti.unpam.ac.id/assets/images//https://besadu.belitung.go.id/css/https://uptdlkk.kaltimprov.go.id/img/product/https://jdih-dprd.sumedangkab.go.id/system/https://siswa.dpuair.jatimprov.go.id/tests/demo/https://simmas.jombangkab.go.id/vendor/https://siapmang.kotabogor.go.id/storage/https://e-learning.iainponorogo.ac.id/thai/https://alumni.fhukum.unpatti.ac.id/app/